Senin, 11 Agustus 2008

who governs 2

Ketika soal jaksa tengik itu ramai di media.., maka anda berhak untuk merasa sangat muak dan jijik melihat sistem peradilan di negara kita. Semua serba pura-pura. Semua melihat kekuasaan sebagai alat yang paling ampuh untuk mengeruk keuntungan pribadi.., menjungkirbalikan rasa keadilan di masyarakat.., bahkan melukainya !!. Dengan memanfaatkan ketakutan seseorang yang awam mengenai hukum.., maka seorang jaksa atau hakim akan dianggap seperti dewa diatas angin yang disitulah nasib seseorang akan ditentukan olehnya. Hukuman sekian tahun bagi mereka rasanya masih seharusnya ditebus dan ditambah dengan hukuman untuk menyembuhkan ganti rugi material maupun immaterial bagi sekian puluh juta rakyat Indonesia yang sengsara bahkan mati oleh ulahnya. Sialnya.., yang dianggap sebagai bos atau biang dari semua ini malah lagi ketawa-ketiwi di Singapura yang melihat bahwa peradilan di Indonesia bahkan tidak sanggup menyentuh bayangan dari bos itu. Jangankan penjara.., bahkan hukum dan hakim di Indonesia tak mampu sentuh diriku. Begitu mungkin engkoh itu bilang..

Mungkin tidak sekarang saja anda merasa muak dan jijik melihat tingkah saudara-saudara kita sendiri yang dengan tega membunuh semua rasa keadilan dan kebenaran yang selalu disuarakan oleh nurani bangsa kita. Atau mungkin bagi sebagian anda yang sudah sangat kebal mendengar jeritan nurani anda sendiri.., karena merasa tidak mampu berhadapan dengan struktur kekuasaan (baik di hadapan kekuasaan ekonomi yang dikuasai minoritas dari saudara kita atau kekuasaan hukum dan peradilan yang dengan bangganya menikmati perasaan superioritas atas keawaman masyarakat ).., maka sudah saatnya kita pertajam nurani kita untuk selalu menyuarakan kebenaran. Biarkan rasa kebenaran dan keadilan masyarakat ini yang menjadi 'driving force' akan adanya perubahan di dunia ini.

Bahwa sistem bikinan manusia yang mengatasnamakan sebagai pemerintah tidak akan dapat steril, dan akan cenderung memihak kepada mereka yang memiliki akses lebih besar. Bahwa sistem bikinan manusia di dunia ini pasti tidak bisa sempurna utuk suatu ukuran rasa keadilan. Konyolnya.., mereka yang miskin, bodoh, lemah , katrok dan tidak punya akses (politik/ ekonomi/ hukum) akan selalu menjadi mangsa mereka yang kita anggap selama ini sebagai bijaksana dan melindungi kita. Kenapa anda tidak berusaha mempertajam untuk mendengar jeritan nurani anda.., dan nurani bangsa kita yang selalu meneriakkan keadilan. Biarlah kekuatan nurani itu yang memimpin bangsa dan dunia ini. Betapa bodohnya kita kalo masih menganggap bahwa sistem bikinan manusia ini sudah benar. Betapa bodohnya bila anda menganggap bahwa sistem yang sudah mapan ini akan berpihak pada anda. Bodoh sekali !